Search This Blog

Saturday, March 11, 2017

Wisata Hutan Gunung Pinang

Di hari sabtu yang suntuk, Hana mondar-mandir lihat keluar. Mungkin ga betah di dalam rumah dan pengen main seperti biasa. Melihat itu, mama pun nyeletuk "Jalan-jalan yuk Pa!". Papa langsung nyahut, "mau k mana?" "Terserah", jawaban standar para cewek. Kemudian papa mulai nyebutin tempat-tempat wisata dan akhirnya tersebutlah wana wisata gunung Pinang. Secara impulsif, kita pun berangkat dengan tak lupa menyiapkan bekal seadanya.

Baru mulai jalan Hana langsung minta mimi dan kemudian tertidur. Mama sibuk lihat peta di google maps dan papa nyetir. Kita melewati alun-alun Kramatwatu di wilayah kab. Serang kemudian belok kiri menuju perumahan gunung Pinang.

Berbekal google maps mama coba jadi navigator dan Alhamdulillah nyasar. Kondisi jalan saat itu terbilang buruk dan penuh batu. Setelah mutar-mutar komplek perumahan dan bertemu kerbau, akhirnya mama papa bertanya pada penduduk setempat. Ternyata, pintu masuk dari arah sini sudah lama ditutup. Jadi papa harus putar balik menuju jalan besar tempat alun-alun tadi berada.

Setelah menyusuri jalan antarkota Serang-Cilegon sekitar 200 m, akhirnya kita menemukan pintu gerbang wisata gunung Pinang. Wisata ini termasuk komplek pengembangan hutan milik Perhutani. Jadi boleh dibilang, wisata utamanya ya hutannya, dan juga dikenal dengan bike tracknya. Tiket masuk dihargai 10.000 per orang ditambah parkir mobil 5.000. Jadi ditotal-total habislah 25.000 (Hana ga dihitung karna masih di bawah 2 tahun) Termasuk wisata yang hematlah yaa. Hehe

Tepat di area parkir Hana bangun dan celingak-celinguk kanan kiri. Mungkin kaget tiba-tiba ada di tempat lain. Tapi Hana keliatan senang (beda banget sama ekspresi pas diajak ke kolam renang Tembong).

Ada 3 spot yang kita kunjungi di wana wisata ini, yaitu :
1. Viewing deck
Viewing deck ini yang paling menjual dari keseluruhan wisata, karna ini spotnya narsis. Kita bisa berfoto dengan latar suasana lembah. Jadi feel gunungnya kerasa banget. Untuk masuk viewing deck ini, dikenakan tarif sebesar Rp 5.000, -

Awalnya Hana takut karna ngeliat ke bawah udah langsung jurang. Tapi terus Hana minta turun dari gendongan setelah ngeliat mobil di kejauhan.

2. Hutan
Kita menyusuri jalan ke atas yang semakin lama semakin terjal. Tapi jalan ini juga bisa dilalui mobil kok. Awalnya Hana jalan sendiri tapi terus minta gendong papa.

Jalan ini mengarah ke komplek bangunan milik perhutani. Sementara, di seberang komplek ada kawasan hutan yang dapat dijadikan area beristirahat. Kita pun ke sana dan duduk-duduk di atas batu besar. Hana seneng banget di sini, naik turun naik turun batu bikin mama waswas. Karna Hana lagi seneng, mama suapin Hana biar makannya banyak.

Selang beberapa saat duduk-duduk, Hana narik tangan papa ke arah jalan dan kita pun turun lagi. Perjalanan turun terasa ringan dan cepat sampai. Haha



3. Pondok kayu
Terakhir, kita jalan ke pondok kayu yang posisinya bersebrangan dengan viewing deck. Tapi bedanya pondok kayu berada di atas (kita harus melalui tangga alami dulu untuk mencapainya), dan viewing deck di bawah.

Di sekeliling pondok kayu, diberi bebatuan putih sebagai pengganti perkerasan. Fungsinya menahan tumbuhnya rumput dan semak liar. Di sekeliling pondok sengaja ditanam pohon-pohon conifer agar kesan hutan tetap terasa.

No comments:

Post a Comment