Search This Blog

Friday, March 24, 2017

Farm House Susu Lembang

Akhirnya setelah sempat galau jadi ke Farm House atau gak, kita berangkat juga ke sana. Tak dinyanya ternyata Farm House rame banget padahal kita sampai jam 10.30 (menurut mama masih pagi, hehehe). Saat itu panas sangat menyengat dan mama cukup menyesal kenapa tidak bersiap lebih pagi. Alhamdulillah meski cuaca panas dan Hana baru bangun ketika sampai di sini (tentu saja dibangunkan mama), terlepas dari itu semua Hana terlihat sangat senang.


Area Farm House tidak lebih luas dari Floating Market. Jadi saat berjalan-jalan di sini papa sempat nyeletuk "Udah, gini doang?". Hahaha tapi yang lebih penting Farm House menyajikan banyak pengalaman ruang bagi kita, terutama bagi Hana. Berbanding terbalik dengan Floating Market yang mengusung nuansa ketimuran, Farm House mengusung nuansa kebaratan dengan menonjolkan langgam-langgam arsitektur mediterania dan cerita klasik dari berbagai negara di Eropa. Sedangkan konsep karcis masuk kurang lebih sama dengan Floating Market, tetapi minuman yang disajikan di sini hanya susu. "Mau rasa coklat stroberi atau original?", tanya mbak-mbak penjaga di tempat penukaran minuman.


Begitu masuk, kita disuguhi pemandangan air terjun buatan yang ciamik. Pemandangan ini adalah momen berfoto yang bagus, tapi berhubung hari sangat panas sementara pepohonan di sekitar air terjun minim, kita memilih melanjutkan perjalanan. Ada 3 jalan yang terlihat di depan kita, ke kiri menuju arena gembok cinta, lurus menuju gathering space dan kebun bunga, ke kanan menuju koleksi hewan ternak dan food trucks.

1. Arena Gembok Cinta

Arena gembok cinta terinspirasi dari pemandangan sekitar sungai Seine di Paris sebelum tahun 2015 (sekarang ada larangan untuk menggantung gembok cinta di sepanjang sungai Seine karna pagar tempat menggantungnya roboh).

Pintu masuk arena berupa susunan ranting pohon yang sangat artistik. Ketika kita masuk ke dalam, arena ini sangat ramai dan terasa sesak. Terdapat tangga melingkar yang mengelilingi arena dengan dua sisi pagar dipenuhi gembok. Gembok sendiri dapat dibeli di toko khusus di dalam arena. Di akhir tangga melingkar tersebut ada sumur tempat menjatuhkan kunci gembok.
Toko Souvenir 

Tidak berlama-lama, kita memutuskan mencari spot lain. Dari arena ini kita berjalan menuju gathering space. Tentu saja saat berjalan kita belum tahu akan ke mana, karna tidak terlihat adanya papan penunjuk. Kita keluar dan memutuskan mengambil arah lurus dari gerbang utama menuju gathering space.

Akses menuju gathering space diisi pengalaman ruang lain yang juga dapat dinikmati untuk selfie dan bersantai. Di sisi jalan disediakan bangku-bangku taman untuk beristirahat. Sedangkan di setiap persimpangan ada spot menarik yang dapat disinggahi. Setidaknya ada 3 spot menarik yaitu toko souvenir, kolam ikan, dan rumah Belanda.

2. Gathering Space
Pengalaman ruang yang kental dengan nuansa Belanda dapat dirasakan di area ini. Terlebih, di tengah area terdapat tempat penyewaan klederdracht (pakaian tradisional Belanda). Kebetulan saat kita ke sana banyak sekali yang menyewa klederdracht (terutama ibu-ibu) sehingga kehadiran kita terasa seperti turis sungguhan.

Gathering Space sendiri terdiri dari area restoran, toko oleh-oleh, pojok lukisan dan banyak spot selfie. Mengusung gaya mediterania, batu-batu besar disusun menjadi dinding pembatas antara kafe dan akses jalan. Di akhir perjalanan terdapat sebuah lukisan besar yang menggambarkan indahnya nuansa Eropa.

3. Kebun Bunga

Tidak banyak foto yang kita ambil di kebun bunga ini. Mama malas mengamati koleksi bunga apa saja yang tumbuh di sini. Luas area yang terbatas tidak memungkinkan menanam pohon peneduh. Sementara hari sungguh terik, sehingga kita cepat-cepat berjalan menuju pondok peneduh di tepian area.

Di sisi kiri pondok tersebut, terdapat hiasan berupa kincir angin besar. Di dalam pondok, terdapat puluhan koleksi sendok dan garpu antik yang dipajang di dinding. Lantai pondok dilapisi keramik hias berbagai motif Eropa.



4. Koleksi Hewan Ternak
Area ini adalah area paling menarik. Sesuai namanya memang, FARMHOUSE. Di area ini terdapat beberapa kandang burung lovebird, ayam hutan, angsa, kelinci, domba, anak sapi, kura-kura, ikan piranha, sugar glider, dan iguana. Kandang kelinci dan domba terbuka untuk umum dan kita bisa memberi makan mereka. Makanannya adalah wortel yang dijual Rp 10.000,- per ikat. Berhubung awalnya Hana ketakutan dan banyak sekali pengunjung yang memberikan makanan, mama papa memutuskan untuk tidak ikut membeli wortel.


Tepat di tengah area, berdiri rumah bawah tanah yang terinspirasi dari film trilogi The Lord of The Ring dan The Hobbit. Aslinya rumah ini berada di Waitomo, sebuah wilayah di New Zealand. Karna malas mengantri, mama papa tidak ikut berfoto. Untuk saat ini, kita berfoto di facade samping rumah ini saja ya Hana. Hehehe

Di sudut lain, terdapat kandang anak sapi yang bisa kita susukan dengan sebotol perahan susu sapi seharga Rp 20.000,-. Hana menunjuk anak-anak sapi tersebut sambil berteriak, "Apii.. api.. Moo mooo...". Tapi sayangnya karna takut, Hana gamau turun dari gendongan mama papa.

5. Food Trucks
Area terakhir yang kita kunjungi sebelum berjalan ke arah parkiran adalah food trucks. Area ini dipenuhi truk berhiaskan lukisan bangsawan eropa yang menjual aneka makanan dan minuman. Kedua sisi truk dihiasi jenis tanaman semak berbagai warna yang disusun dalam pot-pot besar. Di antara truk terdapat set kursi dan payung sebagai tempat makan. Di sini kita cuma numpang berfoto kemudian ke parkiran dan melanjutkan perjalanan ke kota Bandung.

 


No comments:

Post a Comment